Allah matlamat kami

Demi Allah & Rasul tercinta, Demi Al-quran tersemat di dada, kugagahkan jua diri ini...

KUALA LUMPUR: The defence ministry spent RM27.5 million on ladies leather shoes for its civilian staff while the domestic trade and consumer affairs ministry paid RM3.6 billion for a project to upgrade the ministry's ICT security services, according to latest figures found in the MyProcurement portal. The ladies footwear contract was awarded to Syarikat Visi Footwear Sdn Bhd for the supply and delivery of ladies leather shoes for civilian staff in the defence ministry.

"We know that the first lady aims to make Malaysia the 'Shoe Capital of the East', but surely a RM27.5 million purchase of ladies footwear for civilian staff is not the way to achieve the goal," said Tony Pua (PJ Utara-DAP) in a press conference at the parliament lobby on Monday, April 12.

Later, Pua sent out a tweet: "How many Pradas is that?". Pua, who has been scrutinising the portal, said the defence minister must explain its "incredible shopping spree" for its women staff.

He also took a swipe at the domestic trade and consumer affairs ministry which uploaded its first and only contract in the portal last Thursday.

"While it's questionable why the ministry has only awarded one contract since June 2009, what was shocking was that the contract issued was to Business Information Technology Sdn Bhd for a project to upgrade the ministry's ICT security service.

"If this really is another 'decimal point error' as we suspect, then it only shows that the government is really not serious about this whole 'Myprocurement portal' thing, and it is really set up for show, rather than to ensure transparency, and eliminate rent-seeking and patronage.

Source: http://www.theedgemalaysia.com/political-news/163676-defence-ministry-spent-rm275m-on-ladies-leather-shoes.html

Suatu ketika dahulu, ada seorang lelaki yang mempunyai anak bernama Mat. Mat membesar menjadi orang yang lalai menunaikan suruhan agama. Meskipun telah berbuih nasihat dari ayahnya, dia tetap tidak mengendahkannya. Sebaliknya amal kejahatan pula yang menjadi kebiasaannya. Kaki judi, kaki botol dan seribu satu macam jenis kaki lagi menjadi kemegahannya. Suatu hari, lelaki itu memanggil anaknya dan berkata, “Mat, kau ni terlalu sangat melakukan kemungkaran. Mulai hari ini, ayah akan pacakkan satu tiang di halaman rumah. Setiap kali kau buat kejahatan, ayah akan benamkan satu paku ke tiang ini. Dan setiap kali kau berbuat kebaikan, sebatang paku akan ayah cabut dari tiang ini.


Bapanya berbuat sepertimana yang dijanjikan, dan setiap hari dia akan memacakkan beberapa paku ke tiang tersebut. Kadang-kadang sampai berpuluh paku dalam satu hari. Jarang-jarang benar ada paku yang dicabut. Hari bersilih hari, beberapa purnama berlalu, tiang yang berdiri megah di halaman kini telah hampir dipenuhi dengan tusukan paku. Hampir tiada ruang lagi untuk dipacakkan paku. Ada yang berkarat dek kerana hujan dan panas.


Setelah melihat keadaan tiang yang dipenuh paku-paku yang menjijikkan pandangan, timbullah rasa malu dan insaf dalam diri Mat.



Maka dia pun berazam untuk memperbaiki diri. Mulai detik itu, Mat mula sembahyang. Hari itu sahaja, lima paku dicabut ayahnya dari tiang. Esoknya, sembahyang lagi ditambah dengan sunat-sunatnya, lebih banyak paku tercabut.



Hari berikutnya, Mat tinggalkan sisa-sisa maksiat yang melekat. Maka semakin banyaklah tercabut paku-paku tadi.


Hari demi hari, semakin banyak kebaikan yang Mat lakukan, hingga akhirnya hanya tinggal sebatang paku yang tinggal melekat di tiang. Ayahnya pun berkata, “Lihatlah anakku, ini paku terakhir, dan aku cabutnya sekarang. Tidakkah kamu gembira?” Mat merenung pada tiang tersebut. Dia mula menangis teresak-esak. “kenapa anakku?” tanya ayahnya.


Dalam nada yang sayu, Mat mengeluh,

“Ayah, sungguh benar katamu, paku-paku telah tiada, tapi parut-parut lubang dari paku itu tetap kekal di tiang, bersama karatnya.Alangkah ruginya aku..”


Sahabat-sahabat, dosa-dosa yang dilakukan berulang kali hingga menjadi satu habit, kita mungkin boleh mengatasinya, tetapi ingatlah bahawa parut-parutnya akan kekal. Oleh itu, bilamana kita menyedari diri telah melakukan kemungkaran, maka berhentilah serta-merta. Jangan biarkan ia meninggalkan parut dalam jiwa, apatah lagi kalu dibiarkan hingga berkarat. Tentu sukar untuk mencantikkannya kembali.



"Allahumma a'inna 'ala dzikrika wa shukrika wa husni 'ibadatik"

"Ya Allah,Kau bantulah kami dalam mengingatiMu,mensyukuriMu dan memperbaiki ibadah kepadaMu."


Wallahua’lam.